Berita

Mengusung Tema Suaraku dalam Toleransi dan Indahnya Kebersamaan, Kantor Kemenag Kab. Jember Gelar Pembinaan Kepada Peserta Didik Katolik Tingkat Dasar

Kamis, 21 Maret 2024 09:08 WIB
  • Share this on:

Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jember
Hadir Sebagai Inspirasi

Jember (Humas) – Sebanyak 50 peserta didik Katolik Tingkat Dasar di Kab. Jember mengikuti acara pembinaan moderasi beragama di aula Gereja Katolik Stasi Sukoreno, Paroki Santa Maria Tak Bernoda Tanggul, Jember, Minggu (3/3/2024). Tampil sebagai pembicara (pemateri) dalam acara pembinaan ini adalah staf pengajar SMAK Santo Paulus Jember Romo Thomas Onggo Sumaryanto O.Carm, penulis buku-buku rohani Katolik Bapak Timo Teweng dan pembina misdinar Paroki Santo Paulus Ambulu Flaviana Verananda.

Turut hadir dalam acara tersebut Penyelenggara Katolik Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jember Petrus Amat Sutadi beserta staf, Pastor Paroki Maria Tak Bernoda Tanggul Romo Catur Wibawa Pr, Pastor Paroki Santo Paulus Ambulu Romo Christian Han O.Carm dan para pengurus Gereja Katolik Stasi Sukoreno, Kabupaten Jember.

Acara pembinaan ini yang diselenggarakan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jember mengangkat tema “Suaraku dalam Toleransi dan Indahnya Kebersamaan”. Pengangkatan tema ini dimaksudkan agar para siswa Katolik yang terlibat aktif dalam hidup menggereja belajar hidup bertoleransi dengan umat agama lain sejak usia dini dan membiasakan diri untuk hidup dalam kebersamaan dengan sesama anak-anak bangsa tanpa memandang latar belakang suku, agama, ras, golongan dan kelas-kelas sosial. Sehingga pada akhirnya para siswa Katolik yang terlibat aktif dalam hidup menggereja terus bertumbuh dan berkembang menjadi generasi bangsa yang 100 persen Katolik dan 100 persen Indonesia.

Petrus Amat Sutadi selaku Penyelenggara Katolik Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jember dalam sambutan singkatnya mengatakan, acara pembinaan ini merupakan salah satu terobosan yang dilakukan oleh Penyelenggara Katolik Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jember untuk membekali para siswa Katolik tingkat dasar agar mereka dapat memahami betapa pentingnya moderasi beragama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk dalam kehidupan antar-umat beragama.

“Ketika para siswa Katolik dibekali pemahaman yang benar tentang moderasi beragama sejak usia dini, mereka akan bertumbuh dan berkembang menjadi generasi bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan solidaritas serta menghargai setiap perbedaan di lingkungan pergaulan mereka,” ujar Petrus. 

Lebih lanjut Petrus mengatakan, moderasi beragama adalah “jalan tengah” yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang tidak terjebak dalam pemahaman yang keliru tentang esensi agama. Sebab, agama pada hakikatnya mengajarkan cinta kasih, kerukunan, persatuan, kedamaian dan keselamatan bagi semua umat manusia. Pemahaman seperti inilah yang perlu ditumbuhkembangkan dalam diri setiap generasi bangsa sejak usia dini.

“Para siswa yang memahami moderasi beragama akan menjadi pribadi-pribadi pembawa damai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” pungkas Petrus.

Sementara itu, Romo Thomas dalam materinya mengajak para siswa Katolik yang berperan aktif dalam hidup menggereja agar menjadi “garam” dan “terang” bagi sesama anak-anak bangsa, terutama di lingkungan pergaulan mereka sehari-hari. “Garam”, kata Romo Thomas, berperan membendung setiap bentuk kejahatan dalam diri pribadi dan masyarakat di sekitar kita. Sedangkan “terang” berperan menerangi hati dan pikiran, baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat di sekitar kita.

Intinya, dengan menjadi “garam” dan “terang”, kita dapat membawa orang lain ke jalan kebenaran dan kebaikan. “Meskipun di sekitar kita ada banyak praktik kejahatan, kita harus selalu berbuat baik, jujur dan adil,” kata Romo Thomas.

Beliau menambahkan, para siswa Katolik adalah bagian yang integral dengan semua anak bangsa dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, para siswa Katolik harus berperan aktif dalam membangun masyarakat serta memberikan kontribusi yang nyata dalam menjaga perdamaian dan toleransi.

Hal senada disampaikan oleh Ibu Flaviana. Beliau mengatakan, dalam mewujudkan Indonesia yang damai dan toleran, setiap kita—dalam hal ini para siswa Katolik—harus memiliki semangat persatuan dan kesatuan, saling memahami satu sama lain, saling menghargai dan menghormati, terus berusaha mempererat ikatan persaudaraan, saling membantu dan memperkuat semangat kebersamaan dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.

“Indonesia adalah negara yang besar, kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dan untuk membangun bangsa yang besar ini harus ada kerja sama serta memupuk kerukunan dan persaudaraan,” kata Ibu Flaviana.

Pada sisi lain, Bapak Timo Teweng menyoroti pentingnya sikap moderat dalam membangun masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Yang dimaksudkan sikap moderat adalah memperlakukan orang-orang yang berbeda agama atau keyakinan sebagai saudara. Karena itu tidak sedikitpun ruang bagi kita menyakiti saudara sebangsa dan setanah air. Betapa indahnya bila kita hidup sebagai saudara, meskipun agama kita berbeda. “Perbedaan itu bagaikan bunga warna-warni nan indah yang menghiasi Taman Indonesia,” ujar Timo

#KementerianSemuaAgama

Editor:
Holid Hikmatullah
Kontributor:
Petrus Amat Sutadi
Penulis:
Holid Hikmatullah
Fotografer:
Istimewa

Kalender

April 2024
MIN SEN SEL RAB KAM JUM SAB

Gallery

  • -
  • -
  • -
  • -